SEMARANG, BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Lobi Teater Sosial Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, tampak berbeda dari biasanya. Deretan stan pameran berjajar menampilkan beragam isu: mulai dari kampanye lingkungan Mangroots, gerakan literasi EQrooe, hingga seruan sosial bertajuk Judi Pasti Rugi.
Keriuhan itu menjadi penanda puncak perayaan ulang tahun ke-4 Walisongo Public Relations Community (WPRC). Mengusung tajuk WPRC Berdampak, komunitas ini tak sekadar menggelar seremoni potong tumpeng, melainkan menyuguhkan Gelar Karya Mahasiswa yang melibatkan 80 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK).
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama UIN Walisongo, A. Hasan Asyari Ulama’i, yang membuka perhelatan tersebut, mengapresiasi langkah mahasiswa keluar dari menara gading. Menurut dia, WPRC telah berkontribusi membangun citra positif kampus lewat aksi nyata.
"WPRC harus terus maju. Tidak hanya menjadi ruang bagi mahasiswa KPI, tetapi mampu berkolaborasi lintas jurusan," kata Hasan, didampingi Wakil Dekan III FDK Umul Baroroh dan Pembina WPRC Alifa Nur Fitri. Ia menambahkan, aktivitas semacam ini berdampak langsung bagi reputasi FDK dan universitas di mata publik.
Etalase Kreativitas Mahasiswa
Sebelum masuk ke agenda utama diskusi buku, pengunjung—yang terdiri dari sivitas akademika dan umum—disuguhi etalase kreativitas mahasiswa. Sepuluh program kampanye digelar, antara lain Bimbi, Mangroots, Gentara, EQrooe, Fun Book, Hear to Care, Suara Sastra, One Peace, Dorame, serta kampanye Judi Pasti Rugi.
Pembina WPRC, Alifa Nur Fitri, menjelaskan bahwa pameran ini adalah luaran (output) dari pembelajaran praktik Public Relations. "Ini bukan sekadar konsep di atas kertas. Apa yang dilakukan teman-teman adalah praktik nyata yang menyentuh masyarakat, mengajarkan kepedulian pada isu sosial dan lingkungan," ujarnya.
Anwar Tohir, Ketua Pelaksana acara, menyebutkan bahwa fokus utama tahun ini berangkat dari kegelisahan akademik. Program EQrooe dan Fun Book, misalnya, lahir dari keprihatinan terhadap rendahnya tingkat literasi.
"Kami berangkat dari keresahan rendahnya minat baca, padahal perintah 'membaca' adalah wahyu pertama. Kami ingin menumbuhkan kembali semangat itu," kata Anwar.
Refleksi Lewat "Joni Melawan Arus"
Puncak perayaan ditutup dengan kegiatan intelektual: bedah buku Joni Melawan Arus karya M. Syafiq Yunensa dan Sok Mben karya M. Hasan. Diskusi ini mengajak mahasiswa merefleksikan kembali etika komunikasi di era digital.
Melalui bedah buku ini, audiens diajak tidak hanya membaca teks, tetapi juga "membaca" konteks realitas sosial secara kritis. Perayaan empat tahun WPRC ini menegaskan posisi mereka bukan sekadar penyelenggara acara, melainkan inkubator mahasiswa Public Relations yang kreatif dan peka zaman.***
%20menggelar%20pameran%20karya%20dan%20bedah%20buku%20di%20Teater%20Sosial%20Humaniora,%20UIN%20Walisongo.%20Mengusung%20tema%20kepedulian%20sosial,%20acara%20ini%20merespons%20berbagai.jpeg)