Leghit Mustika Pualam: Jejak Sinden Cilik Asal Sragen dengan Segudang Prestasi, Sejak Usia 8 Tahun!

Daftar Isi

Leghit Mustika Pualam

Penulis: Mukaromatun Nisa

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Di balik nama yang indah, Leghit Mustika Pualam, tersimpan harapan dan doa yang besar dari orang tuanya. Lahir pada 22 Oktober 2014 di Sragen, Jawa Tengah, Leghit tumbuh di lingkungan yang lekat dengan kesenian tradisional Jawa, terutama dunia pedalangan dan sinden. 

Di usianya yang masih muda, ia sudah menorehkan prestasi di berbagai panggung lomba dan pertunjukan budaya.

Nama yang Penuh Arti

Nama “Leghit” diberikan oleh orang tuanya sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan. Ibunya, Suci Rahayu, mengisahkan bahwa nama itu berasal dari keinginannya memiliki anak perempuan setelah sebelumnya mengalami kehilangan calon anak yang juga laki-laki.

“Saya terus berusaha supaya bisa punya anak perempuan. Ketika di usia kehamilan empat bulan diketahui dia perempuan, saya langsung beri nama Leghit,” tutur Suci.

Kata “leghit” berarti “lebih dari manis”, sebuah harapan agar sang anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga cerdas, tangguh, dan serba bisa. 

Tambahan nama “Mustika Pualam” dipilih untuk menggambarkan nilai dan kekuatan: mustika sebagai sesuatu yang berharga, dan pualam sebagai lambang keteguhan, seperti batu marmer yang kuat tapi tetap indah.

Dibesarkan dalam Lingkungan Seni

Leghit adalah buah hati dari pasangan almarhum Agus Siswo Prasetyo dan Suci Rahayu. Ia tinggal bersama keluarganya di Nglorog - Sragen Jawa Tengah.

Sejak kecil, ia sudah terbiasa mendengar gamelan dan menyaksikan pertunjukan wayang. 

Tak heran, darah seni seolah sudah mengalir dalam dirinya. Kakeknya, almarhum Ki Paryadi, dikenal sebagai dalang, begitu pula dengan paman dari ibunya, Ki Eko Prihatin, Ki Putrapurnama, Ki Ari YHC, Ki Sigit Wibowo dan kakak Leghit Ki Awan Prasetyo yang juga menekuni dunia pedalangan.

 Ibunya sendiri merupakan penata rias pengantin dan penari. Dari sanalah Leghit kecil kerap ikut ke berbagai acara mantenan, menyaksikan sinden-sinden tampil dengan rasa senang. 

Perlahan, rasa kagum berubah menjadi keinginan untuk bisa ikut bersuara di panggung.

Langkah Awal sebagai Sinden

Ketertarikan Leghit pada dunia sinden dimulai sekitar usia delapan tahun. Ia memantapkan diri belajar nyinden di Sanggar Bromastra Sragen. 

Meski awalnya lebih suka menari, seiring waktu ia mulai menikmati proses belajar tembang-tembang Jawa, memahami arti lirik, dan melatih teknik vokalnya.

 Pendidikan formalnya dijalani di TK Bhayangkari Sragen Kota, dan kini ia duduk di bangku kelas 4 SD Katelan 1 Tangen Sragen. Selain belajar di sekolah, Leghit aktif mengikuti latihan di sanggar seni dan terus mengasah kemampuannya melalui berbagai ajang lomba.

Rangkaian Prestasi di Dunia Seni

Dalam usia yang masih belia, Leghit sudah mengoleksi berbagai penghargaan, di antaranya:

  • Juara 1 lomba menyanyi tingkat Kecamatan
  • Juara 1 lomba mocopat FTBI se-Kabupaten
  • Juara lomba vokal FLS2N
  • Juara 1 lomba tari

Selain juara di atas, Suci menyebutkan masih ada banyak lagi kejuaraan tingkat desa yang Leghit sabet dalam bidang seni dan budaya.

Harapan Seorang Ibu

Bagi Suci Rahayu, perjalanan Leghit bukan sekadar tentang prestasi atau panggung. Lebih dari itu, ia ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, rendah hati, dan bermanfaat bagi orang lain.

“Harapan saya, Leghit jadi anak yang membanggakan. Anak wedok sing jadi pahlawan. Apa pun rintangannya, tetap semangat. Seperti pualam, kuat, tapi tetap indah,” kata Suci Saat menemani Leghit live Aku Wong Jawa dari Babad.Id.

Leghit Mustika Pualam bukan hanya seorang sinden cilik, tapi juga simbol dari harapan, ketekunan, dan cinta terhadap budaya. Ia menunjukkan bahwa budaya bisa tumbuh dan hidup di generasi muda, selama ada ruang untuk bertumbuh dan dukungan dari orang-orang terdekat.***


Posting Komentar