WPRC Connect Hadirkan Praktisi Pertamina dan Kemenag, Bahas Strategi Komunikasi Krisis

Daftar Isi

WPRC UIN Walisongo gelar WPRC Connect bahas Strategic Crisis Communication. Praktisi Pertamina dan Kemenag berbagi kiat: kecepatan respons, riset, dan konsistensi narasi kunci pemulihan reputasi.

Taufiq Kurniawan, Area Manager Communication Pertamina Patra Niaga saat berbagi kiat praktis manajemen komunikasi krisis dalam WPRC Connect di UIN Walisongo Semarang, Senin (13/10).

SEMARANG, BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Reputasi sebuah lembaga berada di ujung tanduk saat krisis datang, terutama di tengah arus informasi digital yang cepat. Menanggapi tantangan krusial itu, Komunitas Walisongo Public Relations Community (WPRC) dari Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN Walisongo Semarang menggelar WPRC Connect bertema “Strategic Crisis Communication: Melindungi Kredibilitas dan Reputasi Perusahaan".

Acara yang merupakan agenda kuliah dosen tamu ini dilangsungkan di Teater Planetarium UIN Walisongo Semarang pada Senin, 13 Oktober 2025. Sekitar 100 mahasiswa hadir menyimak kiat-kiat manajemen krisis dari para praktisi.

Alifa Nur Fitri, Dosen Public Relations UIN Walisongo, yang membuka kegiatan ini menegaskan bahwa kemampuan mengelola komunikasi krisis adalah kompetensi inti seorang praktisi PR. "Krisis adalah momen paling krusial yang akan menguji seberapa kuat reputasi sebuah lembaga dibangun," ujar Alifa. "PR harus hadir bukan sekadar memadamkan api, tapi menyalakan kembali kepercayaan publik."

Pertamina: Kecepatan Respon dan Konsistensi Narasi Kunci Pemulihan Citra

Dua praktisi nasional hadir sebagai pembicara utama dalam forum strategis ini: Taufiq Kurniawan, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, dan Imam Adlan, Pranata Humas Setjen Kementerian Agama RI (Kemenag).

Dalam sesi Manajemen Krisis, Taufiq Kurniawan—yang akrab disapa Mas Humas—membagikan pengalaman konkret menangani gejolak di sektor energi. Ia menekankan bahwa dalam krisis, "kecepatan dan ketepatan informasi menjadi kunci utama."

"PR harus menjadi jembatan antara fakta dan persepsi publik. Membangun rasa aman dan kenyamanan bagi stakeholder adalah langkah pertama dalam memulihkan reputasi," jelasnya.

Taufiq memaparkan protokol respons krisis yang cepat. Poin-poin pentingnya meliputi pengumpulan bukti visual, menjaga sikap profesional (netral), dan segera merespons resmi secepatnya (<2 jam) melalui rilis atau media sosial.

"Klarifikasi berita hoax dan jaga konsistensi narasi antar kanal adalah wajib. Sampaikan empati, solusi, dan tindakan. Libatkan media lokal atau influencer untuk amplifikasi, serta koordinasi dengan aparat jika diperlukan," rinci Taufiq, sambil mengingatkan pentingnya dokumentasi progres.

Kemenag: PR adalah Proses Manajerial Berbasis Riset

Sementara itu, Imam Adlan dari Kemenag dalam sesi Manajemen PR menyoroti perlunya pendekatan ilmiah dalam komunikasi krisis. Menurutnya, Public Relations jauh melampaui sekadar publisitas.

"Ia adalah proses manajerial yang sistematis untuk menjaga kepercayaan publik. Tanpa riset, komunikasi akan kehilangan arah dan kepekaan terhadap dinamika krisis," ungkap Imam.

WPRC Connect 2025 menjadi forum bagi mahasiswa untuk melihat bagaimana teori komunikasi krisis diaplikasikan di lapangan, mulai dari pemetaan isu, pengelolaan pesan, hingga strategi pemulihan citra.

Acara ini sekaligus mempertegas komitmen WPRC sebagai laboratorium mahasiswa UIN Walisongo yang adaptif, inovatif, dan berorientasi pada praktik kehumasan profesional.***

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar