Inovasi Mahasiswa: 'Panggung Mini' Boneka Kalahkan Kebosanan Anak di RA Roudlotul Huda
Panggung Mini, inovasi APE dari mahasiswa, hidupkan teater boneka 'Cipi-Cip Ayam yang Hilang' di RA Roudlotul Huda. Efektif lawan kebosanan anak saat mendongeng.
SEMARANG, BABAD.ID | Stori Loka Jawa– Kegiatan mendongeng di Raudlatul Athfal (RA) Roudlotul Huda kini lebih hidup berkat kehadiran inovasi Alat Permainan Edukatif (APE) bernama “Panggung Mini”. Media sederhana ini menjadi bintang baru dalam pementasan teater boneka, khususnya cerita “Cipi-Cip Ayam yang Hilang”, sebuah karya mahasiswa calon pendidik anak usia dini.
Panggung Mini berfungsi sebagai arena pementasan teater boneka yang berbeda dari model boneka tangan konvensional. Menggunakan boneka berbentuk hewan—seperti ayam, kelinci, dan kucing—yang digerakkan dari balik panggung kecil berbahan kardus tebal. Inovasi ini bertujuan mengatasi persoalan klasik: anak cepat kehilangan fokus saat guru hanya bercerita dengan media terbatas.
Ide pembuatan media ini lahir dari hasil pengamatan saat praktik lapangan. “Anak-anak akan lebih mudah memahami isi cerita kalau ada visual yang lucu dan menarik,” ujar sang pembuat. Panggung Mini dirancang untuk membantu guru menyampaikan narasi secara visual, sekaligus mendorong guru tampil lebih ekspresif dan interaktif.
Cerita Ayam yang Tersesat Memukau
Implementasi Panggung Mini sukses diuji saat guru mementaskan cerita “Cipi-Cip Ayam yang Hilang.” Kisah itu berpusat pada Cipi-Cip, seekor anak ayam yang tersesat dan berinteraksi dengan berbagai hewan di sepanjang perjalanannya.
Guru yang memerankan teater ini tampak mahir memainkan boneka dan mengubah suara sesuai karakter, sukses menarik perhatian anak-anak. Mereka terpukau, tertawa, dan bahkan menirukan suara hewan yang muncul di balik panggung. “Bu, Cipi-Cip lucu banget! Dia ketemu katak ya?” seru salah satu anak.
Pertunjukan ini bukan hanya menghibur, tapi juga sarat pesan moral tentang kedisiplinan dan keberanian. Pasca-pertunjukan, anak-anak diajak berdiskusi untuk menebak tokoh, mengulang alur, dan menyerap pesan baik dalam kisah tersebut.
“Biasanya anak-anak cepat bosan kalau saya hanya bercerita pakai buku. Tapi dengan Panggung Mini, mereka fokus dari awal sampai akhir,” kata guru yang terlibat.
Apresiasi Lembaga dan Harapan Keberlanjutan
Pihak RA Roudlotul Huda memberikan apresiasi tinggi. Kepala RA menyebut Panggung Mini sebagai sarana belajar yang efektif dan menyenangkan. “Media seperti ini membantu guru mengajar dengan lebih kreatif. Anak-anak senang, fokus, dan memahami isi cerita dengan baik,” ungkapnya.
Media ini dianggap memperkaya pengalaman guru dalam menerapkan pembelajaran berbasis cerita, mengingat fleksibilitasnya untuk diganti tokoh dan alurnya sesuai tema tematik.
Melihat antusiasme anak dan respons positif lembaga, sang inovator berharap Panggung Mini dapat digunakan berkelanjutan. “Saya ingin media ini terus dimanfaatkan, bukan hanya di RA tempat praktik, tapi juga di PAUD lain,” katanya. Ia juga berencana memperbaiki bahan agar lebih kokoh.
Kehadiran Panggung Mini membuktikan bahwa inovasi sederhana berbahan kardus dapat membawa perubahan besar, menjadikan cerita seperti “Cipi-Cip Ayam yang Hilang” sebagai sarana efektif menanamkan nilai-nilai baik dengan cara yang menyenangkan.***

Posting Komentar