Dosen Teknologi Pendidikan FIPP UNNES Dampingi Guru Pemalang Implementasikan Pembelajaran Koding dan KA
![]() |
Dosen Teknologi Pendidikan FIPP UNNES, Achmad Farchan, M.Pd. jadi fasilitator pembelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial dampingi para guru di Pemalang, Jawa Tengah. |
Dosen Program Studi Teknologi Pendidikan, Achmad Farchan, M.Pd., yang didapuk sebagai fasilitator pembelajaran KKA, mengungkapkan optimisme tinggi terhadap inisiatif ini. Menurutnya, antusiasme para guru sangat tinggi. Hal itu menunjukkan kesadaran akan pentingnya materi ini untuk membentuk daya kritis dan keterampilan berpikir komputasional pada peserta didik.
"Mereka punya pandangan bahwa ini penting untuk diajarkan kepada siswa," ujar Farchan, Kamis, 17 Juli 2025.
Farchan mengatakan, pelatihan KKA di Pemalang berlangsung dalam dua tahap terpisah. Tahap pertama berlangsung di SDN 4 Belik dari 30 Juni hingga 4 Juli 2025, melibatkan 35 guru SD dari sekolah negeri maupun swasta. Sementara itu, tahap kedua digelar di SMP Negeri 1 Bantarbolang, dari 7 hingga 11 Juli 2025, dengan partisipasi 33 guru SMP.
Farchan menyebut, dalam pelatihan tersebut para guru mendalami lima modul inti, dimulai dari kebijakan mata pelajaran KKA di jenjang pendidikan dasar, konsep dasar KKA, pemanfaatan KKA untuk pembelajaran, hingga pedagogik KKA. Farchan menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman komprehensif bagi para guru.
Tantangan dan Solusi Inovatif
Meskipun antusiasme tinggi, Farchan tidak menampik adanya kendala di lapangan, terutama terkait jaringan internet yang kurang stabil dan ketersediaan daya listrik. "Jaringan internetnya kurang stabil. Karena pelatihan menggunakan LMS, untuk terhubung ke LMS agak terkendala. Akhirnya menggunakan koneksi internet pribadi," keluhnya.
Namun, kendala tersebut tidak menyurutkan semangat para fasilitator dan peserta. Untuk menyiasati keterbatasan internet, pelatihan menerapkan metode "unplugged" atau tanpa internet. Sebagai informasi, kata Farchan, pembelajaran KKA di sekolah bisa dilaksanakan dengan metode plugged, unplugged dan berbasis internet.
Permainan kartu, mengurutkan pola, simulasi robot yang memberikan instruksi menjadi contoh aktivitas yang memacu kreativitas guru tanpa bergantung pada koneksi internet. Bagi guru SMP, pelatihan berbasis internet menggunakan platform Scratch.
"Topik ini merupakan hal baru bagi guru SD, akan ada kesulitan dalam pengaplikasiannya," aku Farchan.
Namun, para fasilitator berupaya memberikan solusi dan jalan keluar agar guru-guru dapat mengaplikasikan KKA dalam pembelajaran sehari-hari.
Kebijakan Adil dan Optimisme Masa Depan
Melihat keterbatasan infrastruktur di lapangan, pemerintah memberikan kebijakan yang cukup adil dengan menjadikan mata pelajaran KKA sebagai pilihan, disesuaikan dengan kesiapan infrastruktur dan guru di masing-masing wilayah. Ini menunjukkan fleksibilitas pemerintah dalam mendorong inovasi pendidikan tanpa memaksakan.
Farchan menegaskan optimisme tingginya. Setiap sesi pelatihan diakhiri dengan refleksi dari para guru tentang pentingnya KKA. Mereka aktif terlibat dalam diskusi kelompok, membuat proyek, dan mencoba mengaplikasikan berbagai platform yang digunakan dalam pembelajaran KKA.
Inisiatif ini tidak berhenti sampai di sini. Setelah pelatihan intensif, para guru akan melanjutkan dengan program "on the job training" selama tiga bulan ke depan. Setelah periode tersebut, mereka akan diundang kembali untuk evaluasi dan pendalaman lebih lanjut, memastikan implementasi KKA berjalan optimal di sekolah-sekolah di Pemalang.***
Posting Komentar