Menjaga Nadi Air Gunung Kawi: Ritual Wayang Topeng Pijiombo di Punden Sumber Kali Topeng
Padukan Tradisi Leluhur dan Pesan Konservasi Alam di Tengah Hutan Bambu
![]() |
Ritual Wayang Topeng Pijiombo di Punden Sumber Kali Topeng, Gunung Kawi, Malang, digelar untuk lestarikan budaya & selamatkan sumber mata air. Unik & sarat makna. |
Suasana sakral terasa kental di Punden Sumber Kali Topeng. Prosesi bersih desa diawali dengan suguh topeng, di mana sesepuh topeng Pijiombo, Mbah Harsono, mempersembahkan sesajen lengkap dengan ubo rampe. Beberapa topeng yang akan dipentaskan turut didoakan dengan lantunan mantra-mantra Jawa, memohon berkah dan kelancaran.
Ritual berlanjut dengan ujub umbul donga (doa bersama) dan kembul bujono ondrowino (makan bersama), menyatukan para pemain topeng, pengrawit, dan tamu undangan dalam kebersamaan. Sebelum lakon wayang topeng utama dimulai, Camat Wonosari, Kepala Desa Wonosari, dan Kepala Dusun Pijiombo melakukan tabur bunga di sekeliling punden, sebagai simbol penghormatan.
Pentas pun dimulai. Topeng Patih menjadi pembuka, disusul barisan pasukan Grebeg Jowo yang mengikuti panji, lalu pasukan Grebeg Sabrang di bawah pimpinan Kelono Swandono. Uniknya, menurut Dr. Wahyuningtyas, dosen pendidikan tari dan musik Universitas Negeri Malang, pementasan di Punden Sumber Kali Topeng ini meniadakan adegan perang. "Yang ada, masing-masing pasukan, baik Sabrang maupun Jowo, mengarah pada satu tujuan ke sumber mata air yang ada di sini. Ini menandakan ajakan untuk menjaga, merawat, dan melestarikan," ujar perempuan yang kerap didapuk sebagai Dewi Sekartaji dalam pentas wayang topeng di Padepokan Seni Mangundharma, Tumpang.
Keistimewaan ritual di Pijiombo ini mendapat apresiasi dari Isa Wahyudi, penggagas Kampung Budaya Polowijen. "Tidak banyak kita jumpai bersih desa yang langsung di punden sekaligus ada pagelaran wayang topeng. Di antara sekian banyak desa kantong topeng di Malang, Pijiombo ini satu-satunya yang menggelar wayang topeng di pundennya, yaitu di Punden Sumber Kali Topeng," tutur Ki Demang, sapaan akrabnya.
Lebih jauh, Ki Demang menjelaskan makna mendalam di balik perhelatan ini. "Ini bentuk peringatan sekaligus ajakan untuk menjaga kelestarian alam, apalagi salah satu sumber mata air penting di Gunung Kawi berasal dari Sumber Kali Topeng ini," tegasnya. Ia menambahkan, di lokasi ini terdapat dua sumber, yakni Sumber Kali Lanang (laki-laki) dan Sumber Kali Wedok (perempuan), yang dikelilingi hutan bambu lebat. "Disebut Punden Kali Topeng karena dahulu para empu topeng Pijiombo membuat karya mereka di pinggir sumber kali ini," ungkap Ki Demang.
Daya tarik tradisi ini bahkan memikat hingga mancanegara. David Haefflinger, seorang fotografer asal Prancis, mengaku terkesan. "Sambutan hangat, tarian estetik yang menarik, dan suara gamelan begitu menyentuh. Ini pengalaman luar biasa yang tidak akan pernah saya lupakan," ujar David usai berfoto dengan para penari.
Rangkaian acara bersih desa ini juga dimeriahkan pagelaran wayang topeng dengan lakon Mandhape Wahyu Bokor Kencono oleh dalang Ki Bagas Hadi Guno Carito, yang dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Mandhape Sri Sedono Sepisan oleh dalang yang sama. Sebuah upaya komprehensif menjaga tradisi sekaligus alamnya.***
Posting Komentar