Gebrak Digital Guru Kemusu: Strategi Pengawas Widodo Sukses Tingkatkan Kompetensi TIK dan Gaet Minat Guru Penggerak
Pengawas Sekolah Widodo, S.Pd. berhasil meningkatkan kompetensi TIK guru dan partisipasi Guru Penggerak di Kecamatan Kemusu, Boyolali, melalui pelatihan bertahap dan pendampingan. Simak praktik baiknya dalam transformasi pendidikan digital.
![]() |
Pengawas Sekolah Widodo, S.Pd. berhasil meningkatkan kompetensi TIK guru dan partisipasi Guru Penggerak di Kecamatan Kemusu, Boyolali, melalui pelatihan bertahap dan pendampingan. |
BOYOLALI, BABAD.ID | Stori Loka Jawa – Di tengah tantangan era digital yang kian merangsek dunia pendidikan, seorang pengawas sekolah di Kabupaten Boyolali, Widodo, S.Pd., mengukir praktik baik yang patut diacungi jempol. Melalui serangkaian intervensi strategis, ia berhasil mendongkrak kompetensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) para guru di Kecamatan Kemusu, sekaligus memantik gelombang partisipasi dalam program Guru Penggerak. Hasilnya, bukan hanya angka statistik yang terkerek, melainkan juga geliat kualitas pembelajaran yang kian inovatif.
Widodo, yang bertugas di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, mengidentifikasi akar persoalan yang cukup mendasar: rendahnya keterampilan TIK di kalangan guru sekolah dasar di wilayah binaannya.
"Hal ini terlihat dari kurangnya kepercayaan diri guru dalam berbagi praktik baik, mengikuti bimtek, dan memanfaatkan media digital dalam pembelajaran," tulis Widodo dalam laporan praktik baiknya.
Keterampilan TIK, padahal, adalah kunci untuk menciptakan proses belajar mengajar yang relevan dan menarik di era digital.
Situasi ini diperparah dengan rendahnya minat para guru untuk terlibat dalam program Guru Penggerak. Banyak yang belum sepenuhnya memahami esensi program tersebut sebagai inisiatif pemerintah untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan nasional. Sebagian guru, menurut Widodo, cenderung merasa nyaman dengan posisi saat ini dan kurang termotivasi untuk mengembangkan kompetensi, apalagi karir.
Tantangan yang dihadapi Widodo tidak bisa dibilang ringan. Selain persoalan kompetensi TIK yang masih terbata-bata , beban kerja guru yang sudah padat menjadi salah satu faktor penghambat partisipasi dalam program Guru Penggerak. "Program Guru Penggerak membutuhkan waktu dan energi yang cukup besar, sehingga dapat mengurangi waktu yang bisa dihabiskan bersama keluarga," papar Widodo mengenai salah satu kekhawatiran yang kerap muncul. Bahkan, ada pula anggapan bahwa mengikuti program tersebut otomatis akan mengantarkan mereka pada posisi jabatan seperti pengawas sekolah atau kepala sekolah, sebuah prospek yang tak semua guru idamkan.
Aksi Multi-Langkah Sang Pengawas
![]() |
Dari rendahnya skill TIK hingga lonjakan Guru Penggerak, praktik baik Pengawas Sekolah Widodo di Kemusu, Boyolali, inspiratif. |
"Mengapa bertahap? Karena tidak semua guru memiliki tingkat pemahaman yang sama terhadap TIK," jelas Widodo, menekankan pentingnya pendekatan gradual agar guru tidak merasa terbebani.
Selanjutnya, ia melakukan pendampingan secara individual kepada guru-guru yang masih menghadapi kesulitan dalam mengoperasikan TIK, baik melalui tatap muka maupun daring. Untuk menumbuhkan budaya kolaborasi, Widodo menginisiasi pembentukan komunitas belajar guru. Wadah ini diharapkan menjadi tempat para pendidik untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, berdiskusi, dan mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis TIK.
Sosialisasi program-program pengembangan guru yang berkaitan dengan TIK juga digencarkan. Tak kalah penting, Widodo melakukan sosialisasi intensif mengenai program Guru Penggerak, membedah manfaat, tujuan, hingga mekanisme pelaksanaannya. Upaya ini ditopang dengan pemberian dukungan yang cukup bagi guru, baik dari segi finansial, waktu, maupun fasilitas, serta pelibatan aktif kepala sekolah dalam menyukseskan program Guru Penggerak.
Buah Manis Perjuangan dan Optimisme Masa Depan
Jerih payah Widodo dan para guru di Kecamatan Kemusu mulai menunjukkan hasil yang menggembirakan. Terjadi peningkatan kompetensi TIK guru secara bertahap. Para pendidik kini dilaporkan lebih percaya diri dalam memanfaatkan TIK untuk pembelajaran, sehingga mampu menciptakan kegiatan belajar yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa.
Indikator paling signifikan terlihat pada lonjakan jumlah guru penggerak. Jika pada awal tahun 2022 hanya terdapat 1 guru penggerak di Kecamatan Kemusu, angka ini meroket menjadi 20 orang pada tahun 2024. Selain itu, telah berhasil dibentuk pula 4 Sekolah Penggerak. "Peningkatan yang signifikan ini menunjukkan bahwa para pendidik di Kecamatan Kemusu memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan," ujar Widodo.
Meski demikian, Widodo menyadari bahwa perjuangan belum usai. Upaya berkelanjutan masih sangat diperlukan untuk memastikan semua guru memiliki kompetensi TIK yang memadai. Ia menekankan pentingnya sinergi yang lebih kuat antara berbagai pihak – pemerintah, sekolah, dan komunitas – untuk terus mendukung pengembangan kompetensi guru.
"Dengan komitmen dan kerja sama yang baik," pungkasnya optimistis, "tujuan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata dapat tercapai." Evaluasi program secara berkala dan penyesuaian agar tetap relevan dengan kebutuhan juga menjadi agenda penting ke depan.***
Posting Komentar