Sedekaholic Community Berbagi Nasi, Pantang Minta Donasi

Table of Contents

Aksi komunitas satu ini bisa jadi contoh. Mereka rutin membagikan nasi bungkus untuk orang-orang yang membutuhkan.

Alif membagikan nasi bungkus kepada seorang ibu di emperan toko dekat Alun-alun Kaliwungu, Kendal.
Alif membagikan nasi bungkus kepada seorang ibu di emperan toko dekat Alun-alun Kaliwungu, Kendal. (Abdul Arif)
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Pagi itu, Muhammad Alif (41) tampak sibuk. Warga  Krajan Kulon, Kaliwungu Kendal, Jawa Tengah itu mengangkat kardus berisi air mineral “Amidis”. Dari teras rumahnya, kardus itu ia bawa ke halaman.

Alif mengenakan kaus hitam dengan kacamata gelap menggantung di kerah. Rambutnya masih basah seusai mandi. Buru-buru ia membuka kardus itu. Lalu mengeluarkan sebagian air mineral dalam kemasan gelas plastik.

Dari kardus yang lain, Alif mengeluarkan sesuatu yang dibungkus dengan kertas minyak warna cokelat. Bungkusan itu ia masukkan ke dalam kardus yang berisi air mineral. Jadilah dua bagian. Ia pun lekas duduk sembari menanti seorang kawan.

Penggagas Sedekaholic Community, Muhammad Alif sedang menyiapkan nasi bungkus di rumahnya, Krajan Kulon, Kaliwungu Kendal, Jawa Tengah.
Penggagas Sedekaholic Community, Muhammad Alif sedang menyiapkan nasi bungkus di rumahnya, Krajan Kulon, Kaliwungu Kendal, Jawa Tengah. (Abdul Arif)
“Ini ada 30 bungkus nasi. Biasanya bisa sampai 100-an,” kata Alif, Jumat, 19 Mei 2017 lalu di teras rumahnya. 

Nasi bungkus itu, kata dia, akan dibagikan kepada orang-orang di sekitar Kaliwungu.

Sekian menit berselang. Seorang kawan Alif datang. Rambutnya gondrong. Ia mengenakan kaus berwarna biru. Namanya Eddie Prayitno. Kata Alif, Eddie lah yang selama ini menemani kegiatan aksi berbagi nasi

Sekitar pukul 07.15 WIB Alif dan Eddie memulai aksi. Mereka berboncengan mengendarai sepeda motor Honda Revo warna merah. Dari gang rumah Alif, keduanya menyusuri jalan raya menuju Alun-alun Kaliwungu.

Baru melintas sekitar 300 meteran, Eddie menepikan motornya. Sorot matanya menuju kepada seorang pejalan kaki. Ia mengenakan baju lengan panjang warna biru. Pakaiannya tampak lusuh. Rambutnya yang kusam sebagian tertutup topi warna cokelat. Ia menjinjing kantong plastik hitam.

Alif turun dari jok motor. Menghampiri lelaki itu. Kedua tangannya menyodorkan sebungkus nasi dan air minum. Lelaki itu hanya bergeming dan memasukkan nasi bungkus itu ke dalam kantong kreseknya. Sementara Eddie yang masih duduk di atas motor mengabadikan momentum itu melalui kameranya.

“Alhamdulillah. Dulu awal-awal ngasih ke orang jalanan justru dibuang. Sekarang sudah banyak yang kenal,” ujar Alif.

Seorang tunawisma sedang menyantap nasi bungkus pemberian Sedekaholic.
Seorang tunawisma sedang menyantap nasi bungkus pemberian Sedekaholic. (Abdul Arif)

Keduanya lalu melanjutkan perjalanan. Di emperan toko mereka bertemu beberapa orang. Alif pun membagikan nasi bungkus kepada mereka. Setelah itu ia melenggang menuju alun-alun.

Alif dan Eddie bertemu dengan beberapa petugas kebersihan dan tukang becak. “Sarapan sik, Pak (sarapan dulu, Pak),” kata Eddie menyapa.

"Alhamdulillah, matur suwun, Mas," sahut mereka. Senyum lebar menghiasi wajah mereka yang tampak berpeluh.

Nasi bungkus pun tinggal beberapa. Alif dan Eddie memilih berhenti di Jalan Pandean. Di situ mereka menunggu. Jika ada tukang becak lewat, nasi itu ia bagikan hingga tak tersisa.

Aksi bagi-bagi nasi bungkus sudah Alif lakukan dua tahun belakangan. Biasanya dilakukan pada Jumat pagi. “Mulai tahun 2015,” ungkap lelaki kelahiran Kendal 13 April 1975 itu.

Alif menyadari, nasi bungkus yang ia bagikan sangat terbatas. Tentu masih banyak yang tak kebagian.

Alif tak sendirian. Selain dengan Eddie, ada juga kawan-kawan Sedekaholic Community yang rutin membagikan nasi bungkus di Kabupaten Kendal. Menurut dia, relawan yang aktif hingga saat ini di Kecamatan Kendal ada sekitar 10 orang. Di Gemuh sekitar 5 orang dan Kaliwungu sendiri ada dua orang. Mereka berasal dari latar belakang yang beragam. Ada yang perawat, bidan, aparatur negara sipil (ASN) dan pelajar.

Hari itu, total nasi bungkus yang dibagikan sejumlah 127 bungkus. Kendal 50 bungkus, Kaliwungu 30 dan Gemuh 47 bungkus.“Kendal itu pagi jam 06.00 sudah jalan karena mereka harus bekerja,” katanya.

Inisiatif Membentuk Komunitas Sedekah

Relawan Sedekaholic membagikan nasi bungkus kepada petugas kebersihan di Alun-alun Kaliwungu.
Relawan Sedekaholic membagikan nasi bungkus kepada petugas kebersihan di Alun-alun Kaliwungu. (Abdul Arif)
Alif mengisahkan, aksi berbagi nasi berawal dari dorongan dalam hati. Ia mengaku, melihat fenomena banyak gelandangan di Kaliwungu. Mereka pasti kesulitan makan, pikirnya. Begitu juga dengan para tukang becak.

“Rata-rata tukang becak sudah berangkat kerja tapi belum sarapan. Saya ingin berbagi. Bancaan istilahnya,” ujarnya.

Niat itu Alif ungkapkan kepada seorang kawannya, Priyanto Yuwono. “Ayo awake dewe wes tuo, ngelongi dosa, yo (Ayo, kita sudah tua, mengurasi dosa yuk),” ajak Alif kepada Priyanto saat ngobrol santai di beranda rumahnya.

Keduanya merogoh kocek dari sakunya masing-masing. Terkumpullah uang Rp 30 ribu. Uang itu lalu dibelikan nasi bungkus dan dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitar Masjid Kaliwungu.

“Waktu itu yang dikasih tanya, ini bancaan siapa? Kami jawab asal saja, ulang tahun,” ujar Alif.

Pertanyaan-pertanyaan juga dilontarkan kepada Alif ketika Kendal sedang ramai dengan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Alif yang sedang membagikan nasi bungkus ditanya warga: “Ini dari calon nomor berapa?”. Spontan, Alif menjawab “Calon nomor 5”.

“Padahal nggak ada calon nomor 5 waktu itu, hehehe,” ujarnya tersenyum.

Aksi berbagi nasi bungkus berjalan sebulan. Eddie Prayitno bergabung. Ia kebetulan pengurus RT di tempat tinggal Alif. Beberapa anak muda pun ikut bergabung.

“Tapi mulai bosan. Sampai sekarang yang masih bertahan Cuma saya dan Mas Eddie. Kegiatan sosial kalau tak diniati dari hati memang cepat membosankan,” kata Alif.

Secara pribadi, aksi berbagi nasi itu sudah menjadi kewajiban baginya. Ia memiliki pengalaman cukup emosional yang mendorongnya melakukan hal itu.  “Dulu, saya juga pernah dibantu,” katanya lirih.

Alif hanya menceritakan sepenggal kisah dari pengalaman itu. Ia merasa terbantu saat anaknya yang masih kecil menderita penyakit hidrosefalus. Orang-orang, termasuk para tetangganya dengan sukarela mengulurkan bantuan. Alif yang saat itu belum pernah pegang uang hingga jutaan rupiah sangat terharu.

“Tahu-tahu dapat uang, senangnya bukan main. Buat berobat anak saja. Dapat dari tetangga depan rumah. Saya tanya, dari mana, Mbk? No name, hamba Allah jawabnya,” katanya.

Sejak itu, pintu hati Alif terketuk. Rupanya, masih banyak orang yang memberikan bantuan tanpa menyebutkan nama.

Pengalaman menjadi titik balik Alif melaksanakan aksi berbagi nasi bungkus. Baginya, meskipun hanya nasi bungkus tapi bagi mereka yang belum makan sangat berarti. Terlebih orang-orang di Kaliwungu terbiasa sarapan pada jam-jam siang. “Dulu ada tukang becak yang pingsan gara-gara berangkat kerja nggak sarapan. Mereka biasanya sarapan setelah narik dan dapat uang,” katanya.

Pemerintah, lanjut dia, tak mungkin menjangkau para tukang becak dan gelandangan di jalan. “Kalau bukan kita sendiri,” imbuhnya.

Pembentukan Sedekaholic Community atas kesepakatan bersama kawan-kawannya. Sebelumnya, aksi itu diberi nama Gemar Menabung, akronim dari Gerakan Menebar Nasi Bungkus. Ada pula yang sempat mengusulkan nama sedkah happy.

“Ada tiga usulan nama. Sedekaholic Community dipilih biar agak keren sedikit,” katanya.

Meskipun memiliki kesibukan masing-masing, relawan Sedekaholic masih bisa melaksanakan kegiatan rutin. Alif yang sehari-hari bekerja wirausaha pembuatan reklame menginfakkan Jumat paginya untuk berbagi nasi. Eddie yang berprofesi sebagai jurnalis di sebuah stasiun televisi juga demikian.

“Sama sekali nggak ada beban. Hujan maupun panas tetap berangkat. Harus meluangkan waktu. Misalkan ada liputan pagi ya tak pending. Saya utamakan bagi nasi  dulu,” katanya.

Pantang Minta Donasi

Alif juga membagikan nasi bungkus kepada tukang becak.
Alif juga membagikan nasi bungkus kepada tukang becak. (Abdul Arif)

Dalam melaksanakan program, Sedekaholic tidak mengandalkan dana dari para donatur. Biaya operasional maupun uang yang disalurkan untuk nasi bungkus merupakan iuran dari para relawan.

“Kalau kami minta, sudah pasti banyak. Tapi kami sudah komitmen nggak minta-minta,” kata Eddie.

Pernyataan Eddie bukan tanpa alasan. Sedekaholic pernah memiliki pengalaman tak mengenakkan. Pernah sekali mengajukan permohonan donasi, tetapi justru mendapat jawaban tidak enak. “Ya sudahlah kita nggak usah minta-minta. Seadanya saja,” katanya.

Meski demikian, Sedekaholic tak menutup diri dari orang-orang yang ringan tangan. Sejumlah donatur bahkan dengan sukarela memberikan bantuan. Ada yang menyuplai air minum. Ada juga yang memberi dalam bentuk uang dan tak jarang pula yang memberi dalam bentuk nasi bungkus.

Selain berbagi nasi bungkus, Sedekaholic juga menggelar kegiatan sosial lainnya. Di antaranya kegiatan donor darah dan bazar pakaian pantas pakai. Menurut Eddie, bazar pakaian pantas pakai sudah beberapa bulan ini tak jalan. Hal itu karena terkendala minimnya relawan yang bersedia terjun ke lapangan.

Untuk kegiatan bazar bersumber dari sumbangan para donatur. Pakaian yang masih layak pakai dipamerkan di tempat umum yang. Biasanya di alun-alun Kendal saat hari Minggu. Siapa saja yang membutuhkan bisa mengambilnya. Bisa membayar seikhlasnya atau tidak membayar sama sekali.

Pengelola Sedekaholic secara rutin melaporkan perkembangan kegiatan maupun donasi melalui grup Facebook Sedekaholic Community. Disebutkan, saldo donasi hinga 19 Mei 2017 sebesar Rp 2.820.000. Uang sejumlah itu rencananya akan dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan sosial di bulan Ramadan.

“Untuk bulan Ramadan ini kami tetap turun di hari Jumat. Hanya saja tidak membagikan nasi, tetapi paket alat shalat untuk anak-anak yatim piatu. Kami sudah siapkan 100 paket,” kata Eddie.

Aksi sosial yang dilakukan relawan Sedekaholic mendapat perhatian dari masyarakat sekitar. Bahkan ada yang mereplikasi kegiatan itu. Warga juga mengapresiasi apa yang mereka lakukan.

Miswantoro (66) misalnya. Warga Bulugede Patebon, Kendal sering mendapat pemberian nasi bungkus. Dia mengaku tak tahu nama-nama relawan yang sering ia jumpai tiap Jumat pagi. Namun dia hafal wajah mereka.

“Pagi ini saya juga dapat nasi. Kebetulan saya belum sarapan. Alhamdulilah senang. Ya semoga banyak rejekinya bisa panjang umur dan mendapat keselamatan,” kata lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai petugas kebersihan itu.***

Abdul Arif
Abdul Arif Meniti karir sebagai jurnalis sejak 2009 di SKM Amanat. Pernah berkontribusi untuk Tribun Jateng, beritagar.id, dan Ayosemarang.com. Saat ini aktif sebagai dosen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNNES.

Posting Komentar

📣 Ikuti Tantangan Bulanan "Cerita dari KKN"! 📣

Bagikan pengalaman KKN-mu yang paling berkesan dan menangkan hadiah menarik setiap bulannya! Ini kesempatanmu untuk berbagi cerita inspiratif dan mendapatkan apresiasi.