Beli Pertamax untuk Menghargai yang Dapat Subsidi, Eh Ternyata Dikhianati
Penulis: Muhammad Helmi Fakhrudy, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro Semarang
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Kejaksaan Agung (Kejagung) pada Senin, 24 Februari 2025 lalu mengungkap konstruksi dugaan korupsi pada tata kelola minyak dan produk pada PT. Pertamina, Sub Holding, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) periode 2018-2023.
Dalam kasus ini, sudah ditetapkan 7 tersangka, yaitu Riva Siahaan sebagai Dirut PT Pertamina Patra Niaga, Sani Dinar Saifuddin sebagai Direktur Feed Stock & Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional, Yoki Firnandi selaku Direktur Utama PT Pertamina International Shipping, Muhammad Kerry Andrianto Riza sebagai Beneficial Owner PT Navigator Khatulistiwa, Dimas Werhaspati sebagai Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim, serta Gading Ramadhan Joedo sebagai Komisaris PT Jenggala Maritim sekaligus PT Orbit Terminal Merak
Peristiwa tersebur membuat geram masyarakat karena menurut mereka tindakan tersebut sangatlah buruk dalam merugikan rakyat yang telah mengikuti regulasi dalam penggunaan BBM, dalam hal ini kerugian negara ditafsir sekitar Rp 193,7 Triliun.
Kerugian tersebut terjadi karena adanya perubahan identitas dari Ron 90 menjadi Ron 92.
Peristiwa ini membuat masyarakat geram, terlihat dari konten pada akun @unexplnd di Instagram mendapat beberapa komentar seperti
"Pantesan di Ron yang sama, lebih alus pake yang swasta" ujar @aurorafalah
"Semoga kuburan lu kelak terbakar pertalite oplosan berjrigen2" ujar @natashavinilabora
"Makanya pertamax sekarang kok jelek banget kualitasnya" ujar @raynaldyd
Selain itu, komentar juga diberikan oleh Nelson Hansen Devano salah satu pegawai swasta ia berkata "Kalo kasus kayak gini terus ya gimana ya, kemarin waktu ada kasus mesin mobil-motor rusak jadi penyebabnya ini kah?? Takutnya setelah ini pada beralih ke pertalite semua otomatis nanti antriannya jadi lebih panjang bahkan yang subsidi jadi harus bersaing dengan yang non subsidi untuk dapetin pertalite. Bisa jadi evaluasi yang bertanggung jawab di ranahnya si, kalo mau subsidi tepat sasaran ya semisal ada penyelewengan tindakan dari yang bersangkutan, bisa berani tanggung jawab & meminta maaf."
Selain itu, Supriyati selau ibu rumah tangga menyampaikan kegelisahannya.
"Saya sekeluarga beli Pertamax karena pastinya juga ingin menjaga mesin motor kita selain itu kita juga sadar bahwa harus menghargai bensin subsidi dari pemerintah agar tepat sasaran, eh kok dibohongi. Sebenarnya sudah ada pengingat dari suami waktu beberapa bulan lalu kejadian motor-mobil pada rusak & udah dihimbau sama petugas bengkel juga untuk pakai pertalite sementara, tapi saya yakin masih pake pertamax sampe sekarang, eh kok endingnya kayak gini. Kecewa berat ya"
Bagaimana menurut pendapatmu? Apa solusi terbaik dari kasus ini dari sudut pandang kalian agar kepercayaan masyarakat dapat kembali untuk menggunakan Pertamax? Mari tulis pendapatmu dalam kolom komentar di bawah ini.
Babad.id menyediakan ruang User Generated Content (UGC) untuk siapapun yang ingin menyampaikan pandangan maupun gagasannya dalam bentuk artikel populer. Simak syarat dan ketentuannya pada babad.id/karir
Posting Komentar