Kisah Penyandang Disabilitas Tuli Bangkit dan Berdaya Berbekal Keahlian

Table of Contents
Laporan ini mengisahkan perjuangan penyandang disabilitas tuli dalam hal akses pekerjaan. Junita Setiawati Herlambang meristis Lotus dan membuktikan ia bisa.
Pendiri Lotus Salon Spa & Beauty Course, Junita Setiawati Herlambang. (dok Lotus untuk Babad.id)
Pendiri Lotus Salon Spa & Beauty Course, Junita Setiawati Herlambang. (dok Lotus untuk Babad.id)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Bangkit dari kekecewaan lalu berdaya dengan keahlian baru. Itulah kisah Junita Setiawati Herlambang (39), perempuan penyandang disabilitas tuli. Tak ingin berhasil sendirian, ia mengajak kawan-kawan penyandang disabilitas lain untuk bangkit.

Tahun 2006 merupakan tahun bahagia sekaligus duka bagi Junita Setiawati Herlambang. Bahagia karena saat itu ia telah lulus dari Jurusan Farmasi Universitas Surabaya atau Ubaya.

Empat tahun belajar di kampus ia lalui dengan penuh perjuangan. Junita punya harapan besar untuk melanjutkan pendidikan profesi apoteker. Ia lalu menghadap dekan untuk mengutarakan keinginannya itu.

Para dosen dan teman-teman mendukung niatnya. Sayangnya, dekan tak memberikan izin untuk Junita. Niat Junita terganjal aturan saat itu yang mensyaratkan apoteker harus memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan.

Harapan yang ia pupuk pun kandas. Inilah yang membuat Junita sedih.

Junita menyadari, saat itu belum ada kemudahan akses untuk penyandang disabilitas seperti saat ini.

Di tengah kegamangan itu, Junita menemukan asa baru. Ia membaca iklan tentang kursus kecantikan di harian Jawa Pos. Sejak itu, Junita bangkit untuk mempelajari skill baru.

Junita lalu berdiskusi dengan orangtua. “Akhirnya didukung untuk melanjutkan sekolah kecantikan di Pasific International Beauty Institut (PIBI) Surabaya selama 1,5 tahun,” kata Junita didampingi suami, Victorio Sukamto saat bercerita kepada babad.id di Lotus Salon Spa & Beauty Course, Selasa, 26 Juli 2022.

Di PIBI, ia belajar banyak hal, mulai dari perawatan hingga terapi.  

Setelah lulus diploma kecantikan dan spa di PIBI, Junita bekerja sebagai asisten pengajar khusus kelas praktik di sekolah tersebut.

“Waktu itu tidak percaya ada yang berani memercayakan posisi itu. Bahkan mengajar tenaga medis seperti dokter,” katanya.

Ibunda Junita sempat khawatir bagaimana cara berkomunikasi di kelas nantinya. Kekhawatiran itu ia patahkan. Junita mampu mengajar dengan baik dengan cara menulis di papan tulis lalu menunjukkan kemampuan praktik kepada peserta kelas kecantikan.

Buka Usaha dan Kelas Kecantikan

Ujian sertifikasi make up di TUK Cohespa Lotus. (dok Lotus untuk babad.id)
Ujian sertifikasi make up di TUK Cohespa Lotus. (dok Lotus untuk babad.id)
Di Surabaya, Junita hanya mengajar selama 1 tahun. Ia lalu pulang ke Semarang dan mengajar di sebuah lembaga kursus kecantikan. Usai menikah ia sempat vakum satu setengah tahun.

Pada 2014 sang ibunda berpulang. Bagi Junita, sosok ibunda merupakan pencari bakat dan pembawa terang. Tak ingin larut dalam kesedihan, ia mendirikan usaha kecantikan dan spa di Semarang. Namanya Lotus.

“Nama lotus ini karena artinya mengalami kelahiran kembali setelah kehilangan mamanya,” kata Victorio menjelaskan.

Merintis usaha kecantikan dan spa tak semulus yang dibayangkan. Dalam perenungan dan doanya, Junita menemukan jalan untuk membuka program kursus.

“Kenapa tidak mengajar seperti dahulu,” kata Junita.

Pada November 2014, Lotus Salon Spa & Beauty Course resmi dibuka. Lotus melayani kelas privat maupun kelompok.

Awalnya hanya ada 3 orang yang mendaftar. Lalu semakin hari makin bertambah. Tak hanya dari Semarang, mereka juga datang dari luar kota.

Junita juga membuka pintu bagi kawan-kawan penyandang disabilitas yang ingin belajar kecantikan dan spa.

“Belajar facial secara manual, skin care, dan facial dengan teknologi,” katanya.

Dalam perkembangannya, para peserta kursus kecantikan ingin memiliki sertifikat profesi. Lotus akhirnya kerjasama dengan LSP Cohespa untuk menyelenggarakan uji kompetensi.

Junita tak menemukan kendala berarti dalam menjalankan usaha. Kendala yang ia temui masih berkutat di komunikasi. Namun itu bisa ia tutupi dengan menggandeng orang dengar sebagai asisten.

Berdaya dengan Kompetensi

Sebagai penyandang disabilitas yang berpengalaman dalam hal bisnis, Junita menyadari betapa pentingnya kompetensi keahlian bagi kawan-kawan dengan keterbatasan seperti dirinya.

Menurutnya, kompetensi adalah kunci. Untuk itu, Junita bersama 8 rekannya menginisiasi Lotus Adiguna Disabilitas pada 24 September 2021. Melalui yayasan tersebut, ia ingin membangun semangat penyandang disabilitas untuk membangun kompetensi.

Lotus Adiguna Disabilitas mengawali kegiatan melalui webinar. Kendala di masa pandemi terjembatani dengan penggunaan teknologi.

“Ternyata mendapat respons bagus. Awalnya yang ikut webinar 30 orang. Lalu berkembang jadi 80 orang,” kata Junita.

Webinar tersebut menghadirkan para narasumber yang juga penyandang disabilitas dengan bantuan juru bicara isyarat.

Misalnya, Lotus mengundang tamu Christianto Harsadi, seorang fotografer yang juga penyandang disabilitas tuli dalam ngobrol santai di Instagram pada 31 Juli 2022.

Anastasia Shianne Tugiman yang juga penyandang disabilitas tuli mengatakan, ada dua kendala utama yang sering dihadapi penyandang disabilitas dalam mengakses pekerjaan. Pertama, tak tahu mau kerja apa yang sesuai kemampuan. Kedua, kesulitan komunikasi dalam akses pekerjaan.

“Terus minim dapat info tentang pekerjaan karena tidak banyak perusahaan yang mau menerima disabilitas tuli karena tidak bisa mendengar. Tapi disabilitas tuli punya potensi untuk berkarya asal dikasih kesempatan bekerja,” kata perempuan yang didapuk sebagai wakil ketua Lotus Adiguna Disabilitas.

Kendala itu juga yang pernah Anne alami. Pada 2007, ia pernah melamar pekerjaan di beberapa perusahaan namun sedikit yang merespons. “Terus ada panggilan interview tapi akhirnya tak ada panggilan lagi,” katanya.

Ia sempat diterima bekerja di perusahaan advertising, namun tidak sesuai dengan jurusan. Daripada menganggur, lulusan desain interior tersebut memilih bekerja sebagai desainer lepas.

“Tapi karena ngga kuat sama dunia advertising, akhirnya memutuskan usaha sendiri,” kata lulusan Universitas Tarumanagara itu.

Sebagai pekerja lepas, banyak tantangan yang dihadapi Anne. Ia harus tetap bertahan meskipun dengan pemasukan bulanan yang tak stabil.

Mencari klien juga tidak gampang. Selain itu, klien juga banyak maunya sehingga ia harus belajar menerima masukan.

“Semoga disabilitas tuli tidak harus menunggu interview dan harus bisa berpikir kritis untuk mencari nafkah sesuai passion mereka masing-masing,” katanya.

Menurut Anne, para penyandang disabilitas selama ini tak bisa mengandalkan perusahaan-perusahaan. Ia berharap ke depan perusahaan mau memberi kesempatan kerja atau magang untuk melihat kemampuan penyandang disabilitas tuli, apakah layak bekerja dengan baik.

“Selain bekerja dengan baik, kudu kompeten,” kata Anne.

Menurut Anne, para penyandang disabilitas jangan sampe putus asa gara-gara kesulitan mencari pekerjaan. “Daripada mental drop kudu mengasah potensi diri supaya bisa berpenghasilan secara mandiri,” katanya.

Wira Setiawan yang didapuk sebagai mentor mengatakan, Lotus Adiguna Disabilitas bergerak untuk menyerukan “kami sama”. Tagline itu diambil melihat kesenjangan yang masih ada di lapangan.

Meskipun sudah ada aturan untuk mengakomodir tenaga kerja penyandang disabilitas, namun tak banyak perusahaan yang memenuhi aturan itu.

Menurutnya, perusahaan asing justru lebih care dalam mengakomodir tenaga kerja dengan disabilitas. Misalnya, ia pernah berkunjung ke sebuah toko retail pakaian brand asal Jerman di sebuah mall. Di sana ada 5 penyandang disabilitas yang turut bekerja.

Lotus, kata dia, akan lebih memilih untuk aktif mengembangkan kapasitas kawan-kawan penyandang disabilitas.

Ia menyebut, Lotus punya 3 agenda utama ke depan, yaitu menciptakan SDM disabilitas berkompeten, menciptakan peluang kerja dan menciptakan kemandirian.

“Lotus aktif mengadakan seminar membekali para tunarungu. Misalnya mengajari mereka melamar pekerjaan. Cara interview kalau melamar pekerjaan seperti apa,” katanya.

Wira menyebut, Lotus membekali skill komunikasi para penyandang disabilitas tuli melalui pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia atau Bisindo khusus dunia kerja.

Dukungan untuk Penyandang Disabilitas

Data Badan Pusat Statistik 2022 menyebutkan, ada sekitar 17 juta penyandang disabilitas di Indonesia yang masuk kategori usia produktif. Dari jumlah itu, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyatakan hanya sekitar 7,8 juta orang saja yang termasuk angkatan kerja.

Kabid Penempatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Jawa Tengah, Endang Tri Hartati mengatakan saat ini masih dalam proses pendataan tenaga kerja dengan disabilitas di Jawa Tengah.

“Masih ada kabupaten/kota yang belum kirim (data),” katanya.

Endang mengatakan, Jateng telah memberikan sejumlah dukungan kepada penyandang disabilitas untuk mengakses pekerjaan, baik formal maupun informal.

Di antaranya menyediakan platform e-Makaryo yang bisa diakses melalui laman bursakerja.jatengprov.go.id. Platform tersebut menyediakan informasi peluang kerja bagi siapapun

“Penyandang disabilitas juga bisa,” katanya.

Selain itu, Disnakertrans juga memberikan pelatihan pemberdayaan untuk peningkatan kapasitas penyandang disabilitas.

Pelatihan yang diberikan seperti memanfaatkan limbah kain di Boyolali, pelatihan tenun di Jepara, pelatihan pijat dan lainnya.

Ia mengatakan, di Jateng ada juga perusahaan yang siap menerima penyandang disabilitas untuk dilatih.

“Kami butuh sinergi dengan komunitas difabel. Kalau ada komunitas bisa menghimpun bisa kerja secara formal, Disnaker siap mengantarkan dan menginformasikan ke perusahaan,” katanya.(Abdul Arif)

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar

📣 Ikuti Tantangan Bulanan "Cerita dari KKN"! 📣

Bagikan pengalaman KKN-mu yang paling berkesan dan menangkan hadiah menarik setiap bulannya! Ini kesempatanmu untuk berbagi cerita inspiratif dan mendapatkan apresiasi.