Webinar Aku Wong Jawa

Nguri-uri Budaya Jawi ing Era Digital

Temukan kembali jati diri dan kearifan luhur Jawa yang relevan hingga kini. Mari bersama kupas tuntas filosofi adiluhung di webinar eksklusif "Aku Wong Jawa".

Daftar & Bangkitkan Jiwamu!

Lintasan Maut di Jalur Selatan: Antara Kereta, Manusia, dan Kelalaian

Daftar Isi

Perjalanan KA Sri Tanjung dari Banyuwangi ke Yogyakarta membuka mata tentang rentannya perlintasan sebidang. Kelalaian manusia dan minimnya pengawasan menjadi kombinasi maut yang mengancam keselamatan.

Penumpang tengah bersiap menaiki KA Sritanjung. (Fareh Hariyanto)
Penumpang tengah bersiap menaiki KA Sritanjung. (Fareh Hariyanto)

BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Merasakan kembali menaiki kereta api seperti sebelum pandemi menjadi kerinduan bagi sebagian orang. Hingga upaya pelonggaran aturan perjalanan dari Kementrian Perhubungan menjadi hal yang sangat dinantikan. Tidak hanya bagi saya, mungkin juga bagi sebagian orang lainnya.

Perjalanan pagi itu dengan KA Sritanjung saya mulai dari Stasiun Kalibaru Banyuwangi, KA Sritanjung tiba pukul 08.17 WIB dengan kondisi penumpang yang ramai dari biasanya. Saya duduk di Gerbong Ekonomi – 3, 11 B.

Diah Ariyanti (34) warga Rogojampi yang dalam perjalanan menuju Jombang mengakui perjalanan menggunakan kereta api baru ia lakukan setelah pemberlakuan aturan pencabutan aturan Rapid Tes  sejak pertengahan bulan lalu.

Dia yang duduk di depan kursi saya mengakui, meskipun tetap harus ada aturan minimal sudah di vaksin dosis kedua, ia tetap mengapresiasi berkaitan penerapan aturan tersebut. Baginya saat Pandemi Covid-19 dulu pengetatan yang dilakukan cukup menyulitkannya saat akan berkunjung ke saudara.

“Dulu saat aturan diperketat, saya enggak mau untuk perjalanan jauh,” katanya.

Saat di tanya perihal beberapa kejadian kecelakaan yang melibatkan kereta api dengan kendaraan lain, menurut Diah kadang ia juga sempat mendengar kejadian itu. Namun baginya kejadian tersebut kadang terjadi lantaran ada perlintasan tanpa palang pintu.

Diah yang tinggal di Rogojampi sempat melihat beberapa perlintasan tanpa palang pintu di sekitar rumahnya. Menurutnya menuturkan saat perjalanan di perlintasan kereta api sebidang di Desa Lemahbang Dewo Kecamatan Rogojampi Banyuwangi sering merasa masygul.

Dia merasakan kengerian itu lantaran ramainya kendaraan yang melintas namun tidak ada petugas yang menjaga dan tidak berpalang pintu juga. “Jalurnya di sana cukup rawan dan cenderung membahayakan,” terang Diah.

Tak hanya Diah, Rendi Aditya Putra (24) mahasiswa dari Jember yang akan pulang ke Mojokerto juga merespons sama saat ditanya berkaitan kecelakaan yang melibatkan kereta api dengan kendaraan di perlintasan sebidang.  

Rendi yang sejak naik dari Stasiun Jember sudah tampak ramah, kebetulan duduk di sebelah saya di Gerbong Ekonomi – 3 11 C. Dia mengaku heran dengan pengguna jalan yang tetap menerobos masuk saat pintu perlintasan kereta api sudah ditutup.

Rendi bercerita saat melintas di perlintasan sebidang dengan palang pintu di Desa Pecoro Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember banyak pengguna jalan yang tetap nekat menerobos. Padahal posisi palang pintu sudah ditutup, tentu hal itu cukup membahayakan pengguna jalan yang menerobos.

“Sebab di sana jalur rel lintasannya agak miring, jadi sering saya melihat kejadian ini dan cukup membahayakan sekali,” ujar pemuda yang mengambil Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Negeri Jember itu.

Penanganan Awal Kecelakaan

Pukul 11.54 WIB KA Sri Tanjung tiba di Stasiun Probolinggo, beberapa kali saya konfirmasi ke kondektur kereta, kesempatan untuk wawancara sepertinya tidak memungkinkan. Sebab sepanjang jalur Kalibaru – Hingga Surabaya Kota ada 10 stasiun kereta yang harus berhenti.  Sedangkan data-data harus tetap dilengkapi oleh kondektur Kereta Api.

Barulah dari Stasiun Surabaya Kota, Kondektur yang bertugas di KA Sritanjung, Much. Fiki berkenan untuk ditemui guna sesi wawancara. Dalam pesannya di WA ia mengizinkan sesi tersebut selepas Stasiun Kertosono di gerbong kereta makan yang posisinya berada di antara Kereta Ekonomi 03 dan 04.

Alasan Fiki, lantaran sepanjang Stasiun Surabaya Kota hingga Kertosono jalur kereta cukup padat dan ia harus mengecek kelengkapan data penumpang di setiap setasiunnya. Tiba di Stasiun Kertosono pukul 15.33 dan kereta berhenti tak kurang 27 menit.

Sebab, di stasiun ini kereta akan menunggu persilangan dengan KA Jayakarta Premium relasi Jakarta Kota-Gubeng Surabaya, sehingga butuh waktu untuk proses pemberhentian di sana. Barulah pada pukul 16.00 WIB KA Sritanjung diberangkatkan dan kesempatan wawancara itu datang.

Saya bergegas menuju kereta makan untuk menemui Kondektur KA Sri Tanjung yang bertugas Much. Fiki. Sesampainya di lokasi saya memperkenalkan diri dan maksud tujuan saya untuk mewawancarai. Dia pun cukup ramah menjelaskan berbagai hal berkaitan dengan kereta api.

Sebagai kondektur,  Fiki sapaan akrabnya memang bertugas untuk memastikan pengecekan data penumpang dan laporan di setiap stasiun berjalan lancar. Tidak hanya itu saja, sepanjang perjalanan ia juga akan merespons  segala bentuk keluhan pelanggan.

Mengingat setiap gerbong KA Sritanjung ditempel narahubung kondektur yang bisa dihubungi saat penumpang membutuhkan bantuan. Saat dikonfirmasi perihal penanganan awal saat terjadi kecelakaan di kereta api, sebagai kondektur ia memiliki tugas untuk memastikan seluruh penumpang dalam kondisi aman.

Meski diakui setiap potensi kecelakaan yang terjadi selalu berkaitan dengan kealpaan pengguna jalan lain yang bersinggungan dengan Kereta Api. Pun upaya untuk meminimalkannya selalu dilakukan salah satunya penutupan perlintasan sebidang tak berizin.

Fiki mengakui jika payung hukumnya sudah cukup jelas, UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 124 menyatakan bahwa pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api.

“Namun yang kami temui di lapangan tidak sedikit kecelakaan disebabkan oleh faktor manusianya yang terburu-buru saat berada di perlintasan sebidang,” katanya.

Butuh Kondisi Prima

Fiki lalu menjelaskan berkaitan mekanisme pemberhentian darurat di kereta api, meski di rangkaian kereta api Sri Tanjung ada tuas rem darurat yang bisa dilakukan hanya oleh petugas. Namun peruntukannya cukup jarang digunakan.

Bahkan selama ia menjadi Kondektur belum pernah kereta berhenti darurat dengan tuas rem tersebut. Fiki juga membagikan pengalamannya saat menjadi kondektur di medio 2018 dan kebetulan sempat mengalami insiden kecelakaan dengan kendaraan jenis sepeda motor yang melintas di perlintasan sebidang.

Usut punya usut, ketika ditanya ke warga di sekitar lokasi saat kejadian korban memang tidak memperhatikan adanya kereta saat melintas di perlintasan sebidang tersebut. “Jadi faktornya cukup beragam, mas,” jelasnya.

Menjadi kondektur, lanjut Fiki juga dibutuhkan kondisi fisik prima. Ia menyampaikan jika dalam perjalanan menuju ke Lempuyangan, KA Sri Tanjung mengganti tiga kali kondekturnya.

Mulai berangkat dari Stasiun Ketapang Banyuwangi pukul 07.00 WIB, kondektur baru akan menggantikan setibanya di Stasiun Jember pada pukul 09.24 WIB. Lalu ketika sampai di Stasiun Surabaya Kota pukul 13.23 WIB, kondektur baru akan menggantikan hingga perjalanan KA Sritanjung tuntas di Stasiun Lempuyangan.

Fiki menambahkan, jika kondektur diganti sebanyak tiga kali beda lagi dengan masinis kereta api. Tugasnya yang berat dan membutuhkan konsentrasi tinggi menjadikan sepanjang perjalanan KA Sri Tanjung masinis digantikan selama empat kali.

Menurut Fiki penggantiannya sama persis dengan waktu berganti kondektur. Bedanya saat tiba di Stasiun Madiun pada pukul 17.07 WIB masinis yang bertugas akan berganti lagi hingga nanti tuntas melanjutkan perjalanan hingga Stasiun Lempuyangan.

“Setiap masinis maksimal berada di lokomotif selama empat jam,” tambahnya.

Lebih lanjut Fiki menerangkan bahwa di setiap pemberhentian di stasiun besar selalu ada petugas yang melakukan pengecekan menyeluruh untuk setiap rangkaian kereta api. Apalagi pasca kereta mengalami insiden dengan kendaraan lain yang melintas di jalur perlintasan sebidang.

Pihak kondektur bersama masinis juga akan melakukan pengecekan berkaitan kelayakan lokomotif dan gerbong layak jalan atau tidak. Ia lalu menyinggung insiden kecelakaan yang terjadi di Desa Ketanon Kecamatan Kedungwaru Tulungagung akhir bulan Februari 2022.

Di mana kala itu Bus Harapan Jaya sempat terlibat kecelakaan dengan Kereta Api Dhoho. Pasca kejadian itu karena bagian lokomotif kereta mengalami kerusakan cukup parah, sehingga didatangkanlah lokomotif pengganti untuk Kereta Api Dhoho.

“Pengecekan secara maksimal terus dilakukan untuk menjamin keamanan,” ujarnya.

Peningkatan Kesadaran Keselamatan

Pelaksana Harian Manajer Humas PT KAI DAOP 9, Jember, Tohari. (Fareh Hariyanto)
Pelaksana Harian Manajer Humas PT KAI DAOP 9, Jember, Tohari. (Fareh Hariyanto)

Ditemui terpisah, Tohari, Pelaksana Harian Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi (Daop) 9 Jember juga mengakui adanya 253 titik perlintasan kereta api tanpa penjaga di sepanjang wilayah kerjanya mulai Kabupaten Pasuruan hingga Banyuwangi.

Upaya himbau ke masyarakat agar waspada saat melintasi perlintasan kereta api terus dilakukan khususnya menjelang libur Lebaran 2022 yang notabene ada peningkatan perjalanan kereta api.

Secara rinci, lanjut Tohari, perlintasan sebidang di Kabupaten Pasuruan tercatat sebanyak 17 titik terjaga dan 37 titik tidak terjaga, di Kabupaten/Kota Probolinggo yang dijaga 13 titik dan tidak terjaga 56 titik.

Kemudian di Kabupaten Lumajang yang dijaga 6 titik dan tidak dijaga 30 titik, di Jember yang dijaga 37 titik dan tidak terjaga 75 titik, dan di Kabupaten Banyuwangi yang di jaga 19 titik dan tidak terjaga 56 titik.

“Sampai saat ini perlintasan sebidang yang dilewati kereta api di wilayah kerja Daop 9 Jember tersisa 346 titik yang terdiri atas 93 titik terjaga dan 253 titik tidak terjaga," katanya.

Tohari menambahkan PT KAI Daop 9 Jember juga telah melakukan peningkatan keselamatan perjalanan kereta api  (KA) di perlintasan sebidang. Ada  di 36 titik yang diprogramkan.

Menurut Tohari peningkatan keselamatan perjalanan kereta api di perlintasan sebidang yang dilakukan itu lebih banyak dari yang sudah diprogramkan sebelumnya. Ia menjelaskan bahwa tercapainya program dikarenakan sepanjang perjalanan itu terdapat banyak cikal bakal perlintasan yang dibuat oleh masyarakat.

Pada  2022 ini sudah ditutup sebanyak 9 perlintasan liar. Di Kabupaten Jember 4 titik, Probolinggo 2 titik dan Banyuwangi 3 titik. Namun demikian, laka di perlintasan sebidang maupun di jalur KA masih saja kerap terjadi.

“Sampai tahun ini tercatat puluhan kejadian kecelakaan di wilayah KAI Daop 9 Jember,” pungkas Tohari.***

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar

Webinar Aku Wong Jawa

Diskusi Buku: Lukisan Kaligrafi

"Lukisan Kaligrafi: Mengukir Spiritual, Memahat Estetika". Bersama inisiator Teras Baca Boja, Zakia Maharani.

Daftar Sekarang!

📣 Ikuti Tantangan Bulanan "Cerita dari KKN"! 📣

Bagikan pengalaman KKN-mu yang paling berkesan dan menangkan hadiah menarik setiap bulannya! Ini kesempatanmu untuk berbagi cerita inspiratif dan mendapatkan apresiasi.