Petualangan Pulau Indonesia dan Lempar Bangun: Inovasi 'Anti-Bosan' Literasi Anak TK ala Mahasiswa PGPAUD

Daftar Isi

Mahasiswa PGPAUD Bellia dan Zahira berinovasi di TK Almahira. Permainan 'Petualangan Pulau Indonesia' dan 'Lempar Bangun' jadi solusi literasi aktif, aman, hemat media, dan atasi kebosanan anak usia dini.

Inovasi pembelajaran PGPAUD: Bellia & Zahira merancang literasi aktif yang holistik, aman, dan hemat media di TK Almahira. Ciptakan 'Petualangan' bagi anak usia dini.

SEMARANG, BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Almahira di Gunungpati tidak lagi sekadar riuh suara anak-anak yang mewarnai di bangku. Suasana kelas kini berganti menjadi "pelabuhan" kecil tempat anak-anak memulai sebuah misi: Petualangan Pulau Indonesia.

Inovasi pembelajaran yang anti-mainstream ini lahir dari tangan dingin dua mahasiswa Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PGPAUD), Bellia Mustika dan Zahira Aprilia, yang sedang praktik lapangan. Mereka meracik literasi dan motorik menjadi pengalaman bermain holistik, aman, dan yang paling penting, hemat media.

Literasi Rasa Misi Khusus

Bellia Mustika, sang konseptor, menjelaskan bahwa ide ini berangkat dari pengamatan kritis. Anak-anak usia 4 tahun di kelasnya, mayoritas, cepat gelesotan dan hilang fokus saat dihadapkan pada tugas menebalkan huruf atau mewarnai di tempat duduk. Alat tulis seakan menjadi "momok" jika tidak ada rangsangan yang memikat.

“Anak-anak usia dini tidak bisa dipaksa duduk diam dan menyelesaikan tugas seperti orang dewasa. Mereka perlu bergerak, bermain, dan merasa punya misi,” ujar Bellia, bak seorang komandan misi edukasi.

Maka, hadirlah “Petualangan Pulau Indonesia”, permainan berbasis gerak dan cerita. Anak-anak diajak berpindah antarzona imajinatif—Pulau Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Di setiap "pulau", mereka bergerak dengan gaya aman (jalan jinjit atau gerakan tangan ringan) sebelum menyelesaikan "tugas rahasia" seperti menebalkan huruf atau mewarnai gambar ciri khas budaya, yang semua materi dibuat langsung oleh guru di papan tulis atau kertas reuse.

Lempar Bangun, Latih Fokus dan Koordinasi

Mitra Bellia, Zahira Aprilia, melengkapi petualangan ini dengan “Lempar Bangun”. Ini bukan sekadar permainan melempar, tapi latihan koordinasi mata dan tangan yang dibalut pengenalan geometri.

Anak-anak melempar bola kecil untuk menjatuhkan bangun datar dari kayu. Kemudian, mereka harus menyusun kembali bentuk-bentuk tersebut—persegi, segitiga, persegi panjang—sesuai pola yang ditentukan. Tugas ini menjadi jembatan konkret antara aktivitas fisik dan konsep matematis dasar.

Kedua permainan itu, kata Bellia dan Zahira, kemudian diintegrasikan dalam satu alur utuh. Anak yang sukses di zona pulau akan mendapat "tiket" untuk lanjut ke permainan Lempar Bangun, dan begitu pula sebaliknya. Dengan skenario ini, anak-anak tidak hanya terpaku pada materi, tapi juga belajar tuntas mengikuti instruksi dan kooperasi, semua dalam suasana yang penuh imajinasi liar.

“Kami ingin menghadirkan pembelajaran yang terasa seperti petualangan, bukan kewajiban. Dengan begitu, anak-anak lebih fokus dan antusias,” tambah Zahira.

Solusi Cerdas Keterbatasan Media

Karya ini semakin elegan karena lahir dari pertimbangan realistis: keterbatasan media lembaga. Zona permainan tidak memerlukan properti rumit atau alat cetak mahal. Cukup tulisan tangan di lantai atau papan, serta pemanfaatan bahan sederhana seperti karton, kain fanel, dan spidol. Ini sejalan dengan prinsip hemat dan sustainable yang kini didorong dalam dunia pendidikan.

Pihak TK Almahira pun menyambut inovasi ini dengan tangan terbuka. Kepala sekolah mengakui, suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Anak-anak yang tadinya enggan menyentuh alat tulis kini terlibat dengan semangat.

“Kami melihat peningkatan dalam keterlibatan anak, terutama dalam aspek literasi dan koordinasi motorik. Mereka belajar sambil bergerak, sambil tertawa, dan tetap menyelesaikan tugas,” ujarnya, mengapresiasi terobosan ini.

Bellia dan Zahira berharap, prototype pembelajaran mereka ini bisa dimodifikasi oleh guru lain sesuai tema mingguan. Pekan ini “Pulau Indonesia”, pekan depan bisa jadi “Pulau Binatang” atau “Pulau Warna-Warni”.

“Kami percaya bahwa anak-anak belajar paling baik saat mereka merasa senang, dihargai, dan diberi ruang untuk bergerak dan berimajinasi,” tutup mereka, menegaskan komitmen pada pembelajaran yang berpusat pada anak dan penuh makna.***

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar