Komunitas Sahabat Mata Semarang: Disabilitas Netra Bisa Berdaya dan Mandiri

Daftar Isi

Tofiyani sedang menyiapkan diri untuk siaran di Sama FM, Sabtu, 2 Desember 2023. Sama FM merupakan lembaga penyiaran milik Komunitas Sahabat Mata Semarang. (Fikri Thoharudin/babad.id)
Tofiyani sedang menyiapkan diri untuk siaran di Sama FM, Sabtu, 2 Desember 2023. Sama FM merupakan lembaga penyiaran milik Komunitas Sahabat Mata Semarang. (Fikri Thoharudin/babad.id)
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - "Urip iku Urup" demikianlah kalimat singkat yang mewakili Komunitas Sahabat Mata Semarang.

Komunitas yang berada berada di Jalan Pinus VI No.35, RT 9 RW 10, Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang ini menjadi satu-satunya Komunitas di tanah air yang dikelola oleh penyandang disabilitas akan tetapi memiliki kegiatan yang menyasar pada non disabilitas.

Ketua sekaligus pendiri Komunitas Sahabat Mata, Basuki menerangkan konsep inklusi yang ada di komunitasnya.

"Inklusi yang selama ini diketahui kan umum yang menerima orang berkebutuhan khusus, akan tetapi konsep inklusi pada Sahabat Mata di balik, di sini orang berkebutuhan khusus menerima umum," ungkapnya pada Sabtu, 2 Desember 2023.

Sahabat Mata Buktikan Tunanetra Mampu

Sahabat Mata lanjut Basuki, didirikan dan mulai berkegiatan sejak 1 Mei 2008. Karena sering berkegiatan dan bersentuhan dengan instansi lain, kemudian resmi melegalkan diri pada 2010 sebagai bentuk yayasan dengan nama yang sama, Komunitas Sahabat Mata.

"Sahabat Mata memang kita dedikasikan untuk membuktikan bahwa tunanetra mampu, bukan hanya sekedar mengurusi tunanetra belaka tapi juga yang lain, sampai hari ini menjadi satu-satunya organisasi disabilitas yang dikelola oleh tunanetra tapi kegiatannya tidak terbatas untuk disabilitas," tuturnya.

Pendirian Sahabat Mata bermula dari pertemuan Basuki dengan banyak pihak pada 2006. Berlanjut pada 2007, ia diamanahi menjadi sekretaris Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Jawa Tengah.

"Terus keliling ke wilayah-wilayah, melihat kondisi teman-teman tunanetra kok status ekonomi, sosial, pendidikan bukan menengah ke bawah, mayoritas bawah ke bawah," prihatinnya.

Kemudian ia memiliki keinginan untuk mengentaskan atau setidaknya dapat mewadahi untuk berdaya, mandiri dan bermanfaat untuk sekitar.

"Tanggal 15 September 2008, kami adakan pentas teater di Audit RRI yang semua pemainnya dari teman-teman difabel. Waktu itu kapasitas 500 orang hampir penuh," kenang Basuki.

Dari hasil penjualan tiket dan penggalangan dana, kemudian dibelikan kacamata untuk dibagikan kepada siswa-siswi di bangku SD, SMP, dan SMA yang membutuhkan.

"Ternyata banyak anak yang merasa tidak memiliki masalah dengan matanya, belum pernah periksa ke dokter maupun optik. Begitu kita periksa minusnya tinggi atau silinder. Padahal jika seperti itu, risiko menjadi tunanetra tinggi," ringkasnya.

Selain itu, pihaknya juga berkomitmen untuk pendistribusian Alquran braille.

Jagad dari Sahabat Mata Semarang sedang membaca Alquran braille selepas Maghrib, pada Sabtu, 2 Desember 2023. (Fikri Thoharudin/babad.id)
Jagad dari Sahabat Mata Semarang sedang membaca Alquran braille selepas Maghrib, pada Sabtu, 2 Desember 2023. (Fikri Thoharudin/babad.id)
"Alhamdulillah sejak 2008 hingga saat ini lebih dari 2000 kaca mata dan Alquran braille telah kami salurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan," respon Basuki yang juga sebagai Ketua Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Jawa Tengah.

Hingga kini, yang pernah belajar dan berkegiatan di Sahabat Mata mencapai ribuan, dari Sabang sampai Merauke.

"Lingkupnya skala nasional, sebenarnya beberapa kali diminta untuk keluar negeri juga, namun kami belum berani sebab SDMnya belum tersedia. Kami diminta untuk mengirim pengajar Aquran braille ke Sudan, termasuk universitas di Negeri Sembilan, Malaysia. Ada yang bisa mengajarkan tapi secara mentalitas belum siap," tanggapnya.

Santri (sebutan bagi yang mukim di Sahabat Mata) dari dulu sekitar 10-15 orang.

"Karena memang tempatnya tak terlalu luas, sehingga ada pihak yang kami datangi, masih bisa dijangkau, Oktober kemarin di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Sejak sebelum pandemi pun kita sudah memiliki kegiatan secara online," ujarnya.

Basuki menyampaikan perhatiannya terhadap rekan-rekan tunanetra yang masih kesulitan untuk membaca braille.

"Banyak tunanetra yang belum bisa braille, karena bahasa Arab dan latin berbeda. Di sini yang belajar Arab braille Insyaallah bisa lain," ucapnya.

Menyinggung kebutuhan untuk Alquran braille, Basuki mengatakan cukup tidak cukup.

Ketua sekaligus pendiri Komunitas Sahabat Mata, Basuki tengah bermain piano, Sabtu, 2 Desember 2023. (Fikri Thoharudin/babad.id)
Ketua sekaligus pendiri Komunitas Sahabat Mata, Basuki tengah bermain piano, Sabtu, 2 Desember 2023. (Fikri Thoharudin/babad.id)

"Banyak teman-teman yang sudah memiliki Alquran braille secara fisik, namun belum bisa membaca. Yang kita butuhkan ialah proses pembelajarannya. Banyak lembaga yang memproduksi, banyak lembaga yang mengumpulkan wakaf, akan tetapi ketika mereka membagi, tanpa peduli, tanpa dicek penerima sudah bisa baca atau belum," rujuknya.

Dari kasus tersebut ia berharap untuk dapat lebih banyak perhatian yang ditujukan sebagai proses pembelajaran bagi rekan-rekan tunanetra.

"Kalau tidak demikian yang terjadi akhirnya mushaf Alquran braille numpuk, tidak diapa-apain atau kadang-kadang diberikan kepada orang lain, yang lebih tragis dijual," wanti-wantinya.

Berekspresi Lewat Radio

Basuki kemudian menceritakan minatnya pada dunia radio. Meski ia mengenal radio setelah menjadi tunanetra tepatnya setelah syaraf retina matanya lepas dan mengakibatkan kebutaan, namun ia tak menyerah.

"Saya waktu itu kepengin gimana caranya teman-teman memiliki radio sendiri, pada waktu itu di Semarang ada sekolah broadcasting, tapi mereka tidak berani menerima kami karena tidak tahu caranya mengajari tunanetra," sampaikannya.

Bertolak dari sana, kemudian Basuki memagangkan beberapa santri (sebutan bagi orang yang mukim di Sahabat Mata) ke stasiun radio milik rekan kenalannya.

"Akhirnya mereka magang di sana, terserah mau ngapain, yang penting bisa melihat orang siaran, syukur-syukur bisa diajari siaran," pasrahnya.

Berbekal dari pengalaman tersebut, pada 17 Oktober 2010 lahirlah radio Sahabat Mata (SAMA) FM 107.7 MHz.

Jalan tak selalu mulus, setelah dilaunching, teman-teman tunanetra yang mengoperasikan laptop dengan bantuan screen reader, suara software pembaca layar tersebut terdengar sampai radio pendengar.

"Kita minta tolong pada beberapa pihak, tak lama berselang kemudian bisa dibenahi. Hingga hari ini kita siaran dari pukul 04.00 pagi hingga 22.00 malam," syukurnya.

Terdapat setidaknya 3 penyiar yang ada di Sahabat Mata. Topik-topik yang diudarakan pun umum, tak berfokus pada disabilitas.

"Sejak awal Sahabat Mata memang tidak ingin hanya fokus kedisabilitasan saja, akan tetapi bagaimana membuktikan bahwa disabilitas itu bisa kok untuk sebagaimana orang lain, setara," timbangnya.

Salah satu penyiar yang juga penyandang tunanetra totally blind, Tofiyani (28) mengatakan mengenal radio sejak bergabung pada Sahabat Mata yakni tahun 2021.

Ia yang juga alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Bimbingan dan Konseling Islam tahun 2020 tersebut turut membuktikan bahwa penyandang disabilitas juga bisa maju dan berdaya.

"Saya kini ya siaran, memoderatori, ngelist, dan mengajar komputer bagi teman-teman tunanetra. Sebenarnya kita semua sama, sehingga semoga tidak ada lagi diskriminasi terhadap teman-teman difabel," tutupnya menyambut Hari Disabilitas Internasional 2023.(Fikri Thoharudin)

babad.id | Stori Loka Jawa
babad.id | Stori Loka Jawa babad.id | Stori Loka Jawa merupakan media online berbasis multimedia dengan konten utama seputar seni, budaya dan sejarah Jawa. Babad.id juga membuka ruang opini kepada penulis lepas.

Posting Komentar

📣 Ikuti Tantangan Bulanan "Cerita dari KKN"! 📣

Bagikan pengalaman KKN-mu yang paling berkesan dan menangkan hadiah menarik setiap bulannya! Ini kesempatanmu untuk berbagi cerita inspiratif dan mendapatkan apresiasi.